JAWAPOS: KURANGI MACET, PATUNGAN BELI BENSIN
5 Oktober 2012
Sumber : JAWA POS
Di tangan Rudyanto Linggar, kemacetan justru melahirkan sebuah ide kreatif.
Sejak 2005, dia mendirikan Nebeng.com, sebuah komunitas untuk membuat transportasi menjaid lebih ringkas dan menghemat ongkos.
KEMACETAN sebenarnya bukan sebuah hal yang wajar. Namun, karena kemacetan terjadi sepanjang waktu dan warga hanya bisa pasrah, akhirnya kondisi itu menjadi lumrah dan pemandangan setiap hari di Jabodetabek. Rudyanto Linggar, pendiri Nebeng.com, juga merasakan kondisi tersebut.
Pada 2003-2007 Rudyanto "menyantap" kemacetan setiap hari saat mengendarai mobil dair rumahnya di kawasan Lippo Karawaci, Tangerang ke tempat kerjanya di daerah Cakung, Jakarta Timur.
"Saat itu, setiap hari rata-rata saya menghabiskan waktu dua jam untuk berangkat dan dua jam untuk pulang," kenang lelaki kelahiran Malang, 30 Januari 1974, tersebut saat ditemui di Plaza Festival, Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin (4/10).
Rudyanto menuturkan, di tengah kondisi "parkir" itu dirinya kerap melihat banyaknya mobil yang hanya diisi satu atau dua orang. Padahal, mobil-mobil tersebut berkapasitas minimal lima orang.
Pada awal 2005, muncullah sebuah pemikiran di benaknya. Dia ingin membuat kondisi tersebut menjadi lebih ringkas dengan menggabungkan orang-orang yang berkontribusi untuk mengurangi kemacetan yang kian hari kian menggila di ibukota dan kota-kota satelitnya.
Lelaki yang kini mempunyai usaha di bidang software komputer tersebut kemudian meluncurkan Nebeng.com pada 28 September 2005. Launching itu hanya dilakuakan tiga hari sebelum harga BBM naik tajam dari Rp.2.400 menjadi Rp. 4.500. Sontak, hanya sebulan setelah diperkenalkan, komunitas bentukan Rudy tersebut memiliki sekitar 2 ribu anggota.
Anggota Nebeng.com terbagi dua, pemberi tebengan dan penebeng, Jika ditotal jumlahnya mencapai sekitar 43 ribu orang. Mayoritas berasal dari Jabodetabek serta sisanya dair Bandung dan Surabaya. Suami Sylvia Setiadarmo itu menyatakan, sebagai pengelola Nebeng.com, dirinya hanya berlaku seperti biro jodoh.
"Kami mempertemukan penebeng dan pemberi tebengan di web. Nanti, silakan penebeng mencari sendiri pemberi tebengan yang sejalur dan sekiranya cocok," papar Rudyanto. "Urusan tarif dan tempat pertemuan bergantung pada kesepakatan di antara mereka," sambung sarjana Teknologi Informasi Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS) tersebut.
Rudy menjelaskan, komunitas yang digagasnya itu beda dengan mobil omprengan alias taksi gelap yang banyak muncul di kawasan sekitar Jakarta. Bedanya, sopir dan penumpang saling mengenal. Selain itu, tujuannya bukan mencari keuntungan, melainkan sama-sama menghemat pengeluaran. Idenya, penebeng dan pemberi tebengan patungan untuk mengongkosi bensin.
Manfaat dari formula yang dicetuskan Rudy tersebut dirasakan banyak orang. "Saya sudah dua tahun memberikan tebengan. Awalnya yang ikut hanya teman sekantor. Sekarang jadi banyak. Kami sangat terbantu untuk urusan operasional transportasi harian," urai A.Darma yang memberikan tebengan dari Jati Asih, Bekasi, ke Kelapa Gading, Jakarta Utara. (m. dinarsa kurniawan/c12/ayi)