Bridge Horizon Magazine | Edisi 03 - 2015 : Nebeng Yuk
23 Mei 2015
Dulu sih nebeng sering dikonotasikan dengan nggak punya modal bahkan pelit.
Pendapat umum kuno itu berhasil dikikis nebeng.com .
Komunitas berbasis web ini eksis dengan menjadikan nebeng sebagai solusi untuk menembus kemacetan, berhemat, menambah teman bahkan bisa jadi, ketemu jodoh. Sangat pantas kiranya bisa Komunitas Nebeng menyandang gelar "Pahlawan Inovasi" di bidang transportasi.
BANYAK solusi yang dilakukan warga Jakarta dan sekitarnya untuk menghemat biaya transportasi. Kaum urban Ibukota rata-rata tinggal di pinggir Jakarta sementara keruwetan lalu-lintas selalu menjadi masalah. Banyak pilihan kendaraan umum namun muncul banyak kerepotan, terutama rute. Berpindah-pindah moda transportasi juga bukan persoalan mudah. Banyak yang harus berangkat pagi buta agar tak terlambat masuk kantor.
Alternatifnya memang kendaraan pribadi. Masalahnya, biaya transportasi menjadi berlipat. Nah, Komunitas Nebeng (Kombeng) menyajikan solusi cerdas kepada para anggota untuk menghemat biaya transportasi sekaligus efektif dan efisien. Anggota bisa menikmati perjalanan lebih hemat dan nyaman.
Ide ini muncul dari Rudyanto Linggar pada tahun 2005. Pendiri Kombeng ini saat itu bekerja sebagai web developer sebuah perusahaan packaging di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Setiap hari, dia berangkat kerja dari rumahnya di Lippo Karawaci, Tangerang. Setiap hari pula dia harus melewati tol Kebon Jeruk yang dikenal macet luar biasa.
Saat terjebak kemacetan itu, Rudy melihat sekeliling. Ternyata, banyak kendaraan pribadi tak berpenumpang. Saat itu terbersit ide untuk menampung keluarga terdekat yang mempunyai rutinitas sama dalam satu kendaraan. Tentu akan menghemat biaya. "Saya dan keluarga terdekat bekerja ke satu tempat yang arahnya hampir sama. Kenapa tidak bareng saja?" ungkap Rudi, yang sekarang membuka usaha di dekat rumahnya.
Rudy akhirnya mendirikan Komunitas Nebeng yang dipublikasikan melalui website www.nebeng.com pada 28 September 2005, beberapa hari menjelang kenaikan harga BBM. "Jika enam orang mengendarai mobil masing-masing sedangkan tiap kendaraan harus mengisi 10 liter bensin, lumayan besar juga kan? Tapi kalau biaya itu dibagi berenam, tentu sangat hemat," lanjut Rudy.
Ya, itulah salah satu keuntungan penebeng dan yang memberi tumpangan. Keuntungan lain, tentu, menambah teman baru. "Kalau yang memberi tebengan laki-laki dan yang nebeng perempuan, kenapa nggak kenalan? Siapa tahu jodoh," seloroh Rudy.
Banyak keuntungan lain bergabung dengan Kombeng, misalnya menghemat biaya masuk tol, bisa tidur dalam perjalanan, bahkan bisa make-up. Bila pengemudi lelah, bisa bergantian. Keuntungan lain, kendaraan bisa menembus jalur 3 in 1. "Daripada bayar joki atau ditangkap polisi, kan lebih baik cari yang mau nebeng?" katanya.
Kini, Kombeng menjadi inspirasi karena aktivitasnya merupakan bentuk penghematan ongkos, waktu dan menekan polusi. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan yang diberikan Google Indonesia dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai Pahlawan Inovasi di Bidang Transportasi. Kombeng mempunyai 61.000 anggota terdaftar dengan 19.000 kendaraan.
Usman
Sumber : Majalah Bridge Horizon | Edisi 03-2015, hal 28-29